Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Perkembangan Ekonomi
Dampak kebijakan moneter terhadap perkembangan ekonomi dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai dari pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) hingga tingkat pengangguran nilai tukar mata uang.
Kebijakan moneter ini memegang peranan penting dalam mengarahkan perekonomian suatu negara melalui berbagai instrument, seperti suku bunga, cadangan kas minimum, sampai operasi pasar terbuka untuk mengendalikan jumlah peredaran uang.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada sektor perbankan dan keuangan, tetapi secara meluas sampai pada investasi keseluruhan. Oleh karena itu, memahami dampaknya sangat penting untuk mengantisipasi perubahan ekonomi yang mungkin terjadi.
5 Dampak Kebijakan Moneter Bagi Perekonomian Indonesia
Dampak kebijakan ini terbagi menjadi bersifat ekspansif dan kontraktif di mana keduanya memiliki perbedaan. Untuk moneter ekspansif ditandai dengan penurunan suku bunga dengan tujuan mendorong investasi atau pinjaman.
Berbanding terbalik dengan kebijakan moneter kontraktif yang dilakukan dengan menaikkan suku bunga untuk mengendalikan kelebihan inflasi, meskipun bisa berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi. Lantas, sebenarnya apa saja dampak kebijakan moneter tersebut? Berikut beberapa rincian utamanya:
1. Pengaruh Terhadap Inflasi
Ketika suatu bank sentral menerapkan keputusan ini dengan ketat melalui penaikan suku bunga, maka biaya pinjaman menjadi lebih mahal. Hal ini cenderung mengurangi jumlah uang beredar karena konsumen dan bisnis menahan untuk mengeluarkan uang.
Akibatnya, permintaan barang dan jasa menurun, sehingga dapat menekan kenaikan harga sampai pengendalian inflasi. Sebaliknya, dengan mengurangi inflasi, daya beli masyarakat bisa tetap stabil, menjaga kestabilan ekonomi secara menyeluruh.
Berbanding ketika menurunkan suku bunga yang mampu meningkatkan permintaan barang jasa. Meskipun demikian, hal ini harus diterapkan secara hati-hati untuk menghindari kerugian.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Dampak kebijakan moneter dapat memiliki pengaruh pada suku bunga dan likuiditas. Adanya kebijakan bersifat ekspansif dapat mendorong pinjaman dan investasi, di mana akhirnya mampu meningkatkan aktivitas ekonomi sampai pertumbuhan GDP.
Sebaliknya, keputusan bersifat moneter kontraktif dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka panjang, hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah overheating, meskipun pada jangka pendek berpotensi menekan laju pertumbuhannya.
3. Tingkat Pengangguran
Kondisi ini mendorong perusahaan untuk memperluas bisnis dan meningkatan investasi, di mana akhirnya mampu menciptakan lapangan kerja baru sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang secara perlahan.
Dampak kebijakan moneter ini juga dapat meningkatkan konsumsi maupun investasi, permintaan terhadap barang dan jasa meningkat, sampai mendorong perusahaan untuk merekrut lebih banyak tenaga kerja guna menuruti permintaan tersebut.
Namun dalam situasi tertentu, tingkat pengangguran dapat meningkat akibat adanya aktivitas ekonomi yang turut mengalami penurunan. Oleh karena itu, bank sentral harus menyeimbangkan hal ini dengan hati-hati agar stabilitas ekonomi menjadi baik.
4. Nilai Tukar Mata Uang
Pengaruh utamanya terletak pada keputusan bank sentral terkait suku bunga dan jumlah peredaran uang. Misalnya, ketetapan yang bersifat ekspansif menurunkan suku bunga cenderung membuat uang domestic kurang menarik bagi investor asing, sehingga beralih ke mata uang asing.
Sedangkan kebijakan kontraktif seringkali menarik investor asing untuk menginvestasikan datanya dalam mata uang domestic melalui penawaran pengembalian lebih tinggi. Dengan begitu, dampak kebijakan moneter ini dapat memperkuat nilai tukar mata uang.
5. Stabilitas Keuangan
Ketika suku bunga dinaikkan secara bertahap untuk mengendalikan inflasi berlebihan atau mencegah terjadinya gelembung aset yang tidak berkelanjutan, maka dapat memberikan perlindungan terhadap risiko-risiko keuangan. Selain itu, ini juga berperan dalam menjaga stabilitas pasar keuangan dengan mengatur likuiditas dan ketersediaan dana.
Dalam mengatasi dampak kebijakan moneter, maka langkah-langkah seperti pelonggaran kuantitatif dapat meningkatkan likuiditas di pasar dan memperlancar arus modal, sehingga mendukung ketersediaan kredit perusahaan.
Tantangan dan Kritik Terhadap Kebijakan Moneter
Tantangan dan kritik ini muncul dari berbagai sudut pandang ekonomi maupun politik, antara lain:
- Keterbatasan efektivitas. Misalnya ketika suku bunga sudah rendah mendekati nol (zero lower bound), bank sentral memiliki sedikit ruang untuk merangsang perekonomian melalui penurunan lebih lanjut.
- Pendapatan dan kesejahteraan. Kebijakan yang berdampak negative terhadap pemilik aset berpendapatan tetap seperti pensiunan.
- Respon pasar yang tidak terduga. Dampak kebijakan moneter seringkali tidak terduga terhadap pasar keuangan global, seperti pelonggaran kuantitatif di negara maju, di mana menyebabkan aliran modal besar ke pasar-pasar berkembang.
- Ketergantungan terhadap kebijakan moneter. Beberapa kritikus berpendapat bahwa terlalu banyak mengandalkan hal ini dapat mengurangi tekanan pada kebijakan fiscal maupun structural.
- Kritik terhadap bank sentral. Kadang juga disoroti karena dianggap kurang transparan atau terlalu dipengaruhi oleh kepentingan politik sektor keuangan.
- Ketidakpastian global. Ketidakstabilan kondisi ekonomi atau peristiwa geopolitik bisa membatasi ruang gerak bank sentral untuk menerapkan keputusan yang sesuai kebutuhan domestic.
Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Meskipun begitu, dampak kebijakan moneter sangat signifikan untuk menjaga kondisi keuangan ini.